ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan neurobiologis yang umumnya terjadi pada anak-anak. Gangguan ini ditandai dengan gejala seperti ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, hiperaktif, dan impulsif. Untuk mengobati ADHD, biasanya diresepkan obat-obatan stimulan seperti methylphenidate yang bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmitter di otak.
Namun, penggunaan obat ADHD dengan dosis tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya psikosis. Psikosis adalah kondisi mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, seperti halusinasi, delusi, dan gangguan pemikiran. Studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan obat ADHD dengan dosis tinggi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami psikosis hingga 5 kali lipat.
Penting bagi orangtua dan dokter untuk memperhatikan dosis obat ADHD yang diberikan kepada anak-anak. Penggunaan dosis tinggi tidak hanya meningkatkan risiko psikosis, tetapi juga dapat menyebabkan efek samping lainnya seperti penurunan nafsu makan, gangguan tidur, dan peningkatan tekanan darah.
Untuk mengurangi risiko psikosis, penting bagi dokter untuk meresepkan dosis obat ADHD sesuai dengan kebutuhan individu pasien. Selain itu, juga penting untuk melakukan monitoring secara rutin terhadap efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan obat.
Selain obat, terapi perilaku dan pendekatan non-farmakologis juga dapat membantu mengelola gejala ADHD tanpa meningkatkan risiko psikosis. Penting bagi orangtua untuk bekerja sama dengan dokter dalam menentukan metode pengobatan terbaik untuk anak yang mengalami ADHD.
Dengan memperhatikan dosis obat ADHD dan melakukan monitoring secara rutin, diharapkan risiko terjadinya psikosis dapat diminimalkan sehingga anak dengan ADHD dapat mendapatkan pengobatan yang efektif dan aman.